PENGERTIAN BIBLIOKONSELING & CARA PELAKSANAANNYA

Assalamualaikum wr.wb
Salam maju bersama

Pengertian Bibliokonseling - merupakan nama lain dan diadaptasi dan biblioterapi yaitu merupakan teknik yang sudah dipraktikkan untuk mengubah tingkah laku manusia (Brammer dan Shostrom,1982). Ide pemanfaatan bahan bacaan sebagai media terapi pada zaman itu tak dapat dilepaskan. Orang dewasa sebaiknya menyeleksi cerita dan kisah yang diperdengarkan pada anak-anak mereka sebab hal itu dapat menjadi model cara berpikir dan budi pekerti anak di masa-masa selanjutnya.

Bibliokonseling adalah teknik bimbingan yang dilakukan dengan menggunakan buku atau cerita yang di dalamnya terdapat ajaran tentang berperilaku peduli. Buku merupakan media untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, informasi, dan hiburan. Selain itu, buku dapat menjadi media terapi atau penyembuhan bagi penderita gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, trauma, dan stres. Pemanfaatan buku sebagai media terapi disebut biblioterapi. Jachna (2005:1) mengatakan biblioterapi adalah dukungan psikoterapi melalui bahan bacaan untuk membantu seseorang yang mengalami permasalahan personal. Metode terapi ini sangat dianjurkan, terutama bagi para penderita yang sulit mengungkapkan permasalahannya secara verbal (Suparyo, 2010).
PENGERTIAN BIBLIOKONSELING & CARA PELAKSANAANNYA
Sumber google

Bibliokonseling juga dapat diartikan suatu kegiatan mengintervensi pemikiran individu dengan rnenggunakan suatu bacaan, sehingga setelah membaca bacaan tersebut, individu dapat mendapatkan informasi baru dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bibliokonseling adalah bimbingan belajar yang membantu individu secara mandiri untuk memahami din dan lingkungan, belajar dan lingkungan luar, dan menemukan solusi dan permasalahan. (Schrank and Engels, 1981, dalam Lasan).

Melalui bibliokonseling, disajikan informasi yang dibutuhkan atau sesuai dengan permasalahan, yaitu yang berkaitan dengan kesadaran akan kejujuran. Dengan mengetahui informasi yang ada dalam bacaan, individu dapat membentuk tingkah lakunya secra umum, dan secara khusus membentuk sikap dan kesadarannya.

Penggunaan bibliokonseling dianggap efektif dalam mengembangkan kesadanan akan kejujuran karena menurut Brammer dan Shostrom (1982) intervensi bibliokonseling dapat dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan, yaitu intelektual, sosial, perilaku, dan emosional. Pertama, pada tingkat intelektual, individu memperoleh pengetahuan tentang perilaku yang dapat memecahkan masalah. Dengan bacaan, individu memperoleh wawasan tentang keanekaragaman manusia dengan berbagai nilai-nilai kehidupan. Melalui bahan
Jadi, bibliokonseling dapat dimaknai sebagai upaya penyembuhan lewat buku. Bahan bacaan berfungsi untuk mengalihkan orientasi dan memberikan pandangan-pandangan yang positif sehingga menggugah kesadaran individu untuk bangkit menata hidupnya.

Tujuan bibliokonseling - pada dasarnya sama dengan tujuan bimbingan yaitu membantu para anggota agar dapat membantu dirinya sendiri. Melalui bibliokonseling, disajikan informasi yang dibutuhkan atau sesuai dengan nilai karakter yang ingin mereka bangun. Dengan mĂȘngetahui informasi yang ada dalam bahan bacaan, mereka dapat membentuk tingkah lakunya secara umum, secara khusus membentuk sikap, persepsi, mengubah prasangka sosial dan perubahan Iainnya. Tujuan semacam mi sebenarnya sudah tersirat dalam definisi bibliokonseling. 

Selain itu tujuan dan bibliokonseling, yaitu mendampingi seseorang yang tengah mengalami emosional yang berkecamuk karena permasalahan yang dihadapi dengan menyediakan bahan-bahan bacaan dengan topik yang tepat dan mengandung nilai-nilai karakter yang ingin dibangun pada din individu yang bersangkutan. Bibliokonseling juga dapat dijadikan sebagai stimulasi pikiran yang memungkinkan para anggota dapat menyilangkan gagasan- gagasan sehingga kesadarannya menjadi meningkat.

Tahapan bibliokonseling - Oslen (dalam Suparyo, 2010) menyarankan lima tahap penerapan bibliokonseling, baik dilakukan secara pribadi maupun kelompok meliputi:

a. Pertama, awali dengan motivasi. Peneliti atau konselor dapat memberikan kegiatan pendahuluan, seperti permainan atau bermain peran, yang dapat mernotivasi konseli untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan treatment.

b. Kedua, memberikan waktu yang cukup untuk membaca bahan-bahan bacaan yang telah disiapkan hingga selesai. Sebelumnya, peneliti/konselor sudah memahami benar bahan-bahan bacaan yang disediakan.

c. Ketiga, Lakukan inkubasi. Peneliti/konselor memberikan waktu pada konseli untuk merenungkan dan merefleksi materi yang baru saja mereka baca.

d. Keempat, tindak lanjut. Sebaiknya tindak lanjut dilakukan dengan metode diskusi. Melalui diskusi konseli mendapatkan ruang untuk saling bertukar pandangan sehingga memunculkan gagasan baru. Kemudian, peneliti/konselor membantu konseli untuk merealisasikan pengetahuan itu dalam hidupnya.

e. Kelima, evaluasi. Sebaiknya evaluasi dilakukan secara mandiri oleh konseli. Hal ini dilakukan untuk memancing konseli memperoleh kesimpulan yang tuntas dan memahami arti pengalaman yang dialami.

Contoh pelaksanaan Bibliokonseling :

  • Akan lebih baik jika topik yang kita ambil berdasarkan data yang kita peroleh, misalnya dalam hubungan sosial,  tentu saja dengan “sosiometri”.Dari Sosiogram yang ada maka kita lakukan tindaklanjut.
  • Kita berikan tugas untuk membahas topik ” Temanku sangat berarti bagiku” (hanya contoh)
  • Kita bentuk kelompok dinamis, dimana antara siswa favorit dan non favorit di gabung.
  • Kita beri mereka tugas, mengumpulkan informasi mengenai topik yang kita berikan.
  • Dalam hal untuk pelaporan, kita beri mereka pilihan apakan dalam bentuk tulisan atau klipping dll.
  • Setiap kelompok kita beri kesempatan untuk presentase.


Dari hasil kerja seperti ini kita berharap:
  • akan terbuka pikiran siswa dan bertambah wawasan mereka akan pentingnya “berteman”.
  • hubungan diantara siswa semakin dekat
  • terjadinya perkelahian akan bisa di minimalisir.
Sumber contoh pelaksanaan : prasetyahati
Wassalamualaikum wr.wb

No comments for "PENGERTIAN BIBLIOKONSELING & CARA PELAKSANAANNYA"