BENTUK-BENTUK OBSERVASI


Ada beberapa bentuk observasi yang lazim dilakukan oleh konselor dan atau peneliti, yaitu :
  1. Dilihat dari keterlibatan subyek terhadap obyek yang sedang diobservasi (observee), observasi dibedakan menjadi tiga (3) bentuk, yaitu : observasi partisipan, observasi non-partisipan, dan observasi kuasi-partisipan.  
  2. Dilihat dari situasi lingkungan dimana subyek diobservasi, membedakan observasi menjadi dua (2), yaitu : observasi naturalistic (naturalistic obsrvation) dan observasi experimental (experimental observation).
  3. Bentuk observasi sistematis, Blocher (1987) mengelompokan tiga bentuk dasar observasi, yaitu; observasi naturalistic, metode survai, experimentasi
  4. Mendasarkan pada tujuandan lapangannya, Hanna Djumhana (1983 : 205) mengelompokkan observasi menjadi berikut: 1)  Finding observation  2)  Direct observation 
  5. Mendasarkan pada tingkat kesempurnaannya dan pelatihan yang di syaratkan, Gibson & Mitchell (1995 : 261) mengklasifikasikan observasi sebagai  berikut: 1) Level pertama, observasi informasi kausal (Causal information Observation) 2) Level kedua, observasi terstruktur (guided observation). 3) Level ketiga, level klinis. Observasi, level ini banyak kerangka klinis, konselor mungkin menggunakan diagnosis penyimpangan mental atau, The Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-III-R) -- diagnostik statistik manual dari penyimpangan mental.
Beberapa Kelemahan Observasi
BENTUK-BENTUK OBSERVASI
  1. Kemampuan manusia untuk menyimpan secara akurat terhadap kesan yang diperoleh dari hasil pengamatan sangat terbatas, baik dalam hal jumlah maupun lamanya kesan (informasi) itu bisa disimpan. 
  2. Cara pandang individu terhadap obyek yang sama belum tentu sama, sebab setiap orang memiliki frame yang unik yang mungkin berbeda dengan yang lain, akibatnya kesan yang diperoleh juga tidak sama dan penilaiannya pun menjadi tidak sama.
  3. Kesan seseorang terhadap suatu obyek juga tidak selalu sama, akibatnya penafsiran dan penilaian yang diberikan terhadap obyek yang sama menjadi tidak sama.
  4. Ada kecenderungan pada manusia dalam menilai sesuatu menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah  mendasarkan pada sifat-sifat yang menonjol atau “pagar bulan” (halo effect).
Cara Mengatasi Kelemahan Observasi
  1. Untuk mengatasi kelemahan akibat ketertabatasan manusia dalam menyimpan hasil, bisa memanfaatkan alat bantuseperti tape recorder atau kamera video.
  2. Untuk mengatasi kelemahan yang disebabkan cara pandang individu terhadap lantaran setiap orang memiliki frame yang unik maka bisa menetapkan definisi operasiaonal tentang obyek yang diobservasi.
  3. Untuk mengatasi kelemahan yang disebabkan karenakesan seseorang terhadap suatu obyek yang tidak selalu sama maka bisa menetapkan parameter-parameter obyek atau perilaku yang sedang diamati.  
  4. Untuk mengatasi kelemahan akibat kecenderungan manusia dalam menilai sesuatu menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah  mendasarkan pada sifat-sifat yang menonjol (halo effect), peneliti bisa melibatkan jumlah observer yang lebh banyak  untuk mengurangi  subyektivitas dalam penilaian. 
  5. Untuk mengatasi kelemahan akibat tampilan yang dibuat-buat oleh observee, observer maka bisa melakukan kontrol dengan menggunakan teknik yang berbeda, sumber yang berbeda, atau melihat sisi lain dari observee
  6. untuk mengatasi kelemahan-kelemahan akibat kehadiran peneliti atau observer yang mengakibatkan munculnya tingkah laku yang tidak wajar, maka dapat memanfaatkan kamera CCTV.  
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum dan Selama Melakukan Observasi

      Sebelum  dan selama observasi, memperhatikan hal-hal berkaitan dengan tujuan, variabel, dan teknik pelaksanaan observasi berikut. Hal-hal yang berkaitan dengan teknik pelaksanaan: (1) Penggunakan metode pelengkap; (2) Pengklasifikasian gejala; (3) Pemanfaatan alat pencatat data;  (4) Menjaga hubungan baik dengan observee; (5) Libatkan beberapa orang observer;  

    No comments for "BENTUK-BENTUK OBSERVASI"